Minggu, 16 Agustus 2009

Mengapa kita harus beriman ke pada al quran dan rasul (mengungkap sebuah jawaban yang rasional antropologis)

Dalam rukun iman terdapat 5 hal yang harus kita imani, yang pertama beriman kepada allah SWT, beriman kepada malaikat, beriman kepada rasul, beriman kepada kitab2 allah dan beriman kepada hari kiamat. Bila kita telaah dari kelimanya tersebut ada yang janggal bila kita telusuri lebih dalam yang insyallah akan menemukan jawaban yang rasional mengapa kita harus beriman kepada alquran dan rasul allah – yang mungkin banyak di antara kita semua yang masih bingung kenapa kita harus juga mengimani keduanya, bukan kah bila kita mengimani rasul allah secara tidak langsung kita juga berarti mengimani kitab2 allah pun sebaliknya seperti itu. Kenapa tidak salah satu saja yang harus dimani ? dan mengapa kita harus mengimani manusia yang sama seperti kita (nabi Muhammad), dari fisik, akal, dan sebagainya selayaknya manusia biasa ? atau untuk apa kita beriman kepa kitab2 allah, sedangkan kitab2 tersebut di turunkan oleh tuhan kepada rasulnya untuk dijadikan pedoman manusia sebagai petunjuk mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan kalau hanya untuk mendapatkan mana yang benar dan mana yang salah kita hanya cukup memakai hati nurani kita saja, karena sejatinya hati nurani manusia tidaklah pernah berbohong atau pun ingkar ?semua pertanyaan tersebut tentulah saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang juga menjadi pertanyaan bagi banyak orang yang masih ragu ataupun mencari jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut.
Dalam ranah mengapa kita harus mengimani keduanya alquran dan rasul kita bisa mengambil hakikat untuk apa alquran diturunkan ke dunia dan mengapa harus melalui manusia yang jelas – jelas sama seperti kita. Kitab – kitab tuhan yang turun berangsur – angsur yang merupakan risalah dari tuhan melalui rasulnya pastilah akan mencapai yang sempurna (yang sesempurnanya) yaitu alquran al qarim, lalu untuk apa alquran itu diturunkan ke bumi kalau hanya untuk menentukan mana yang benar dan mana yang buruk dan kemudian untuk apa pula diimani. Memang benar, kalau hanya untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah buat apa alquran di turunkan ke dunia ini, sedangkan memakai hati nurani pun kita sudah cukup untuk mengetahui mana yang buruk dan mana yang salah. Sedangkan menurut saya beriman kepada kitab suci adalah kasih sayang tuhan kepada kita (makhluk NYA yang paling sempurna) agar tidak tersesat dan memiliki pedoman dalam hidupnya. Tetapi apakah manusia dapat menjamin bahwa hidupnya akan baik dan benar ataupun sukses apabila hanya di bimbing oleh akal dan hati nurani dan apakah manusia dapat menjamin bahwa hidupnya tidak akan pernah lupa dan lengah?. Itulah sebabnya kitab suci berulang – ulang mengatakan bahwa dia(kitab suci) befungsi sebagai li dzikri, sebagai pengingat. Karena manusia tidak akan luput dari yang namanya lupa dan lengah. Namun agumen ini menyimpan titik lemah kalau hanya sebatas pengingat, setelah manusia lupa melakukan kesalahan mereka pasti akan di tegur oleh nalar dan nuraninya untuk tidak melakukan hal yang seperti itu lagi. Jadi buat apa kitab suci kalau hanya sebatas pengingat saja bagi mereka.
Bila kitab suci hanya dibawa pada batas benar dan salah ataupun sebagai pengingat kehilafan kita sebagai manusia, jelas bahwa kitab suci tidak perlu di dunia ini. Jadi kita harus membawanya kepada fenomena bahwa Tuhan tidak akan membiarkan hambanya dalam kebingungan untuk bagaimana berhubungan dengannya. Sejak dahulu manusia selalu menginginkan berhubungan dengan yang maha kuasa, maka agar manusia tidak kebingungan dalam mencari jalan untuk berhubungan dengan NYA maka tuhan menurunkan Kitab Suci sebagai pedoman baginya. Misalnya orang yang tak beriman kepada kitab suci seperti Ibnu Ruwandi membuat jalan atau cara tersendiri dalam upayanya berhubungan dengan NYA, tetapi saya yakin ia tak dapat menjamin bahwa cara yang di pakainya itu benar. Dan apakah dapat sampai kepada NYA,pertanyaan ini pun tidak akan dapat ia jawab. Berbeda dengan kita apabila melakukan shalat sebagai cara untuk berhubungan dengan NYA. Sebab kita ber iman kepada firman NYA yang menyatakan bahwa shalat adalah cara untuk berhubungan dengannya dengan catatan kita melakukan shalat dengan benar dan sempurna sesuai dengan yang tuhan ajarkan. Beriman kepada kitab suci mempunyai makna bahwa tuhan tak akan membiarkan mkhlukn NYA kebingungan dalam menentukan cara untuk berhubungan dengannya, oleh karang itu tuhan menurunkan syariat sebagai jalan untuk bisa berhubungan dengan NYA. Apabila seseorang seperti Ibnu Ruwandi yang tidak beriman kepada kita suci melakukan hal – hal ataupun tindakan yang baik dan benar, ia tidak akan mendapatkan kepuasan batin yang perbuatannya tersebut adalah untuk menyenamgkan NYA dan taat kepada NYA, ia hanya sebatas level perbuatannya adalah benar. Adapun apakah itu perintah tuhan ataupun bukan, mereka bungkam. Mereka bingung karena mereka tidak beriman kepada kitab suci, mereka tidak beriman kepada firman NYA yang berkata bahwa perbuatannya tersebut merupakan perbuatan yang saleh.
Untuk menyampaikan risalah dan syariat – syariat nya yang termuat dalam kitab – kitab suci NYA dan sekaligus sebagai suri tauladan, tuhan pun memilih seorang rasul di antara para makhluk NYA untuk disampaikan kepada manusia yang ada di bumi. Disini timbul pertanyaan yang membuat telinga kita gerah juga yaitu mengapa rasul juga harus kita imani sedangkan ia hanyalah sebagai penyambung dari risalah tuhan kepada manusia yang lainnya, lagi pula nabi juga hanyalah manusia biasa seperti hal nya kita dari segi rupa, jiwa dan akal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut bisa di analogikan seperti ini. Setelah manusia menerima adanya tuhan yang maha esa mereka membutuhkan informasi yang pasti untuk bisa berhubungan dengannya. Karena kasih sayang NYA tuhan menurunkan kitab suci. Tak hanya sampai disini kasih sayang tuhan pun berlanjut dengan memilih manusia tertentu untuk menyampaikan risalah NYAsekaligus untuk menterjemahkan semua risalah NYA tersebut di dunia. Seandainya para nabi tidak sama dengan kita (manusia biasa seperti kita) tidak mungkin kita dapat mencontoh cara berhubungan dengan NYA secara benar dan tidak mungkin pula kita dapat mengambil teladan darinya. Andai saja para rasul hanya menyampaikan risalah tuhan sedangkan mereka tidak menerapkan dalam kehidupan sehari hari ”kita bisa teriak dan tidak mempercayainya”. Karena sesungguh nya segala tindak tanduk dari para rasul adalah cerminan dari kitab suci tersebut khususnya nabi besar agung kita MUHAMMAD SAW, semua aktifitas dan kehidupan sosial yang beliau terapkan di dalam masyarakat adalah AL QURAN itu sendiri. Kata – kata beliau menyatu dengan perbuatannya.
Sebagaimana kita ketahui para sahabat menerima kerasulan Muhammad secara mutlak, ini bukan karena mereka bodoh menerima begitu saja ke rasullan muhammad justru mereka sangat lah cerdas. Pertama mereka beriman karena apa yang dibawa oleh muhammad yakni AL QURAN AL QARIM, adalah sesuatu yang agung. Para sahabat sadar benar bahwa ALQURAN tak mungkin ciptaan muhammad dengan segala keindahan makna dan pelafassannya, kerena muhammad tidak bisa membaca dan menulis.” Muhammad telah di pilihNYA” demikian keyakinan para sahabat kalau boleh di bahaskan. Justru orang – orang bodohlah yang tidak mengakui ke rasullan muhammad.
Kedua para sahabat beriman karena keluhuran budi pekerti muhammad. Sebelumnya muhammad dijuluki oleh para sahabatnya sebagai orang yang dapat di percaya atau jujur (al amin) dan mereka tidak menyangsikan kejujuran dan kesalehan nabi muhammad.
Jadi beriman kepada kitab suci alquran dan rasul allah adalah mutlak adanya, walaupun merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Kita mengimani kitab suci lebih karena kasih sayang tuhan kepada kita agar kita tak tersesat dalam dunia ini yang akan membimbing kita kepada kenikmatan NYA dan juga agar kita bisa senantiasa bisa berhubungan denganNYA secara benar sesuai syariat – sayariatnya yang merupakan kepasrahan kita kepada NYA, yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dan kita mengimani rasul rasul allah khususnya nadi besar kita Muhammad tidaklah bukan karena beliau merupakan perantara risalah tuhan untuk disampaikan ke pada dunia dengan segala kesantunan budi pekerti nya dan kesalehannya kepada manusia dan keimanan nya kepada Allah, karena kita butuh contoh dan tauladan untuk menjalankan segala perintah dan larangan yang ada dalam alquran. Dengan kita mencontoh segala perkataan dan perbuatan nabi secara tidak langsung kita mengimani nya. Singkatnya beriman kepada kitab suci berada dalam tataran teoritis atau kejiwaan maka beriman kepada para rasul sampai pada tataran praktis.
Semoga pernyataan saya ini dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan nakal ada di benak kita selama ini dengan mengarah pada jawaban yang rasional antropologi. Walaupun pernyataan saya ini tidak atau belum memuaskan dan masih menyisakan mesteri dalam ranah teologi, karena di butuhkan tasawuf untuk mendapatkan jawaban yang seperti itu seperti kata imam Ghazali. Untuk lebih jelasnya lagi dan untuk mengetahui seluk beluk tentang kenabian anda dapat membaca buku yang berjudul ”Berpikir Seperti Nabi” karangan Fauz Noor



RENALDY PERMANA

6 komentar:

  1. salam... syukran katsir, anda telah baca buku saya, BERPIKIR SEPERTI NABI. semoga kita senantiasa dalam perjalan dakwah dan ibadah. amin

    BalasHapus
  2. sama-sama bang....
    buku abang telah membantu saya untuk berfikir lebih baik,insyaallah akn membawa saya menjadi lebih baik di jalan dakwah dan ibadah.
    amin

    BalasHapus
  3. bisakah tulisan diperbesar agar tidak lelah dalam membacanya?

    BalasHapus
  4. maaf rukum iman bukannya ada 6 ya?

    BalasHapus
  5. 1xbet korean | Bet with No Deposit BONUS 2021
    1Xbet korean 【www.1xbet-korean.com】⚡️ All 샌즈카지노 rights reserved, safe 1xbet and legal gambling site reviews and bonuses from worrione 1xbet casino in

    BalasHapus